Foto by Qudapan |
"Mang, sini mang...." Teriak ku.
Sesaat penjual rambut nenek mendekati pagar kayu rymahku.
"Dapat berapo ikok mang?" Tanyaku sambil. Mengangkat sepasang sepatu bekas.
"Dapat duo ikok dek" Kata penjual rambut nenek sambil mengambil sepatu bekas tersebut.
Hanya beralas potongan koran bekas selebar telapak tangan sejumput rambut nenek berwarna merah sudah ada di genggaman ku.
Kalau di sekolah ku sendiri jajanan ini biasanya ada undiannya, yaitu dengan memasukan potongan kertas kecil ke dalam air, dan akan muncul kode hadiahnya dengan harga 25 Rupiah, pas untuk jajanan anak SDN saat itu.
Berbeda dengan arum manis tekstur jajanan yang lebih kasar ketimbang daripada arum manis, nama sebenernya arbanat, yang awalnya berwarna putih seperti uban maka di namakan rambut nenek.
Informasi yang di dapat bahwa makanan ini berasal dari daerah Jawa Timur, walau di literasi bahwa di Prancis juga ada makanan sejenis yang di sebut dengan "jengot Ayah".
Jajanan dari paduan gula pasir tepung terigu, pewarna makanan dan air, dengan berbagai warna dan rasa yang variatif seperti melon, durian, pandan dan lainnya yang biasanya di cermin kan di dalam warnanya yang berbeda seperti hijau, hijau tua dan kuning.
Dulu penjual nya berkeliling menawarkan dagangan nya, bisa juga di tukar dengan barang bekas seperti sepatu, botol, kaleng, baju bekas bahkan obat-obatan bekas, sama seperti penjual bipang.
Tetapi di saat zaman android seperti saat ini sangat susah untuk menemukan penjual rambut nenek ini terutama di kota Palembang, mungkin sudah tidak ada lagi atau kalah dengan wanginya si harum manis.
No comments:
Post a Comment